Langsung ke konten utama

Ketertarikan Pelajar SMA di Bidang Teknik Minim ???

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Program studi teknik kurang diminati pelajar SMA. Padahal, sarjana teknik berpotensi mengisi 60 persen kebutuhan tenaga kerja di industri dalam negeri.

Kepala Sekretariat Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN), Daisy Radnawati, mengaku pernah melakukan survey di beberapa sekolah di Jakarta. Hasilnya, kata Daisy, apabila ada 9 kelas dalam satu sekolah, jurusan IPA hanya terdapat 3 kelas, sisanya jurusan IPS.

Dari tiga kelas jurusan IPS tersebut kemudian diservey lagi, ternyata hanya 30 persen yang melanjutkan kuliah mengambil program studi teknik. Dari 30 persen itu disurvey lagi ternyata hanya 10 persen yang mengambil program studi teknik murni, seperi Teknik Mesin dan Teknik Elektro.
"Pelajar SMA masih terpengaruh stigma bahwa belajar teknik itu susah, lama, dan lulusannya banyak menganggur,"

kata Daisy, usai Talk Show Ilmiah 'Meningkatkan Daya Saing Bangsa Melalui Pendidikan Sains dan Teknologi' di Kampus ISTN, Jakarta, Senin (28/11).

Menurut Daisy, anggapan bahwa lulusan teknik banyak yang menganggur salah besar. Sebab, kuota untuk sarjana bidang teknik baru memenuhi 40 persen kebutuhan industri dalam negeri.
Sementara penyerapan sarjana dari bidang ekonomi dan sosial sudah mencapai 200 persen. "Berarti sarjana teknik masih punya potensi mengisi 60 persen kebutuhan tenaga kerja di industri dalam negeri," kata Daisy.


Karena itu, kata Daisy, sejumlah alumni ISTN yang kini menempati posisi penting di dunia kerja dihadirkan dalam beberapa talk show ilmiah selama rangkaian kegiatan Dies Natalis ISTNI ke-61 sebagai pembicara untuk memotivasi mahasiswa teknik ISTN.

"Kalau sudah lulus banyak yang masih bisa dikerjakan dan jadilah orang nomor satu di bidang itu," tegas Daisy.

Alumni Teknik Elektro angkatan 75 ISTN yang juga Direktur Utama PT PLN Geothermal, Tjahjo Sasmojo, mengatakan lulusan teknik masih sangat dibutuhkan untuk membangun industri di Tanah Air.

Sebab, masih banyak potensi sumberdaya alam Indonesia yang belum tergali. Antara lain, potensi pengembangan panas bumi di Indonesia. "Potensi sumber panas bumi Indonesia kurang lebih 27.000 MW. Hampir mencapai sepertiga potensi panas bumi di dunia," ungkap Tjahjo.

Menurut Tjahjo, potensi ini harus dikembangkan semaksimal mungkin. "Untuk mengembangkan pontensi geothermal di Indonesia ini tentunya dibutuhkan sarjana dan lulusan teknik yang banyak," kata Tjahjo.

Hal senada juga dikatakan Laras Siboro, alumni ISTN yang kini bekerja di PT Telkom Indonesia. Menurutnya, sarjana teknik masih sangat dibutuhkan untuk mengembangkan telekomunikasi di Indonesia agar bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. "Sebab, asing masih mendominasi kepemilikan saham perusahaan telekomunikasi di Indonesia," tutur Laras.

Redaktur: Djibril Muhammad
Reporter: Muhammad Fakhruddin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembuatan n-Butil Bromida

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I I . NOMOR PERCOBAAN : VII II . NAMA PERCOBAAN : Pembuatan N-Butil Bromida III. TUJUAN PERCOBAAAN : 1. Agar mahasiswa dapat mensintesa suatu senyawa organik 2. Mahasiswa dapat memahami reaksi substitusi nukleofilik dalam pembuatan n-butil bromida. IV . DASAR TEORI Senyawa alkil halida telah banyak digunakan dalam penelitian dan bidang industry sebagai senyawa antara untuk menghasilkan senyawa-senyawa lain yang bermanfaat. N- butyl bromide termasuk senyawa alkil bromide primer yang dapat dibuat dari alcohol primer, yaitu n-butil alcohol (butanol) dengan mereaksikannya dengan natrium bromide dengan bantuan asm sulfat pekat dengan reaksi sebagai berikut :

PROPUNA

IV. Latar Belakang Propuna merupakan senyawa alkuna yang merupakan hidrokarbon tidak jenuh, yang mana dalam tiap molekulnya mengandung satu ikatan rangkap tiga di antara dua atom karbon yang berurutan. Untuk dapat membentuk ikatan rangkap tiga atau tiga ikatan kovalen diperlukan enak elektron, sehingga tinggal satu elektron pada tiap-tiap atom karbon tersisa untuk mengikat atom hidrogen.

Panas Pelarutan - Kimia Fisika 1

LAPORAN PENDAHULUAN KIMIA FISIKA 1 PERCOBAAN 2 PANAS PELARUTAN Panas pelarutan adalah panas yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol senyawa dilarutkan dalam sejumlah pelarut. Secara teoritis panas pelarutan suatu senyawa harus diukur pada proses pelarutan tak berhingga, tetapi dalam prakteknya pelarut yang ditambahkan jumlahnya terbatas, yaitu sampai tidak lagi timbul perubahan panas ketika ditambahkan lebih banyak pelarut.   Kalor reaksi ditentukan dengan jalan mengukur banyaknya seluruh energi yang diserap oleh lingkungannya. Kalor yang diserap oleh air adalah hasil kali massa, kalor jenis, dan kenaikan suhu air. Kerja yang terjadi karena turunnya beban, mengakibatkan kenaikan energi-dalam dari air atau larutan lain yang digunakan, dan sebagai hasilnya terdapat peningkatan suhu cairan. Pada percobaan lain yang terpisah kenaikan suhu yang sama dihasilkan oleh perpindahan energi melalui kalor jumlah joule kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan peningkatan suhu yan